Seragam militer telah mengalami evolusi yang cukup pesat dalam beberapa abad terakhir.
Pada tahun 1700-an, seragam darurat diperkenalkan untuk membedakan tentara Amerika dan tentara yang berasal dari Inggris.
Saat ini, seragam memiliki spesifikasi teknis yang sangat diteliti untuk membantu kamuflase.
Satu hal yang selalu berubah, dan terus berubah hingga saat ini berkaitan dengan seragam militer adalah pilihan bahan kain.
Pada akhir abad ke-18, seragam ditandai dengan rompi dan celana ketat yang dikenakan di bawah mantel resimen wol yang lebih besar.
Pada tahun 1779, peraturan ditetapkan untuk memisahkan seragam berdasarkan wilayah: putih untuk New England, merah untuk Atlantik Tengah, dan biru untuk Selatan.
Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1812, ada kekurangan pada bahan kain biru, sehingga mantel kain hitam, coklat atau abu-abu dipakai untuk berbagai prajurit infanteri Angkatan Darat.
Selama pertengahan abad ke-19, perubahan struktur Angkatan Darat mendorong perubahan pada peraturan seragam.
Kali ini, perubahan hadir dalam bagian kancing, renda, warna renda, dan mantel single vs. double-breasted.
Pada tahun 1941, diputuskan bahwa seragam denim biru yang dikenakan akan dihapus dan diganti dengan bahan kain twill katun herringbone.
Untuk seragam yang dikenakan pada masa sekarang, Anda akan menemukan kamuflase digital paling canggih di dunia.
Tren kamuflase digital ini dimulai dengan para marinir yang tidak mau memberikan desain seragam mereka, hingga memaksa Angkatan Darat untuk menginvestasikan jutaan dolar ke dalam desain kamuflase digitalnya sendiri yang masih mereka kerjakan hingga hari ini.